Sekolah Adat Sihaporas Rayakan Tahun Baru dengan Meriam Bambu

Siapa tidak kenal dengan meriam dari bambu? Permainan yang diperkirakan telah ada sejak abad ke-16 ini merupakan permainan tradisional yang hampir tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia. Meriam bambu juga identik dengan hari raya, tak terkecuali di Sumatera Utara.

Menjelang Natal dan Tahun Baru, suara meriam bambu ini biasanya ikut memeriahkan perayaan dan menjadi salah satu 'pertunjukan' yang ditunggu-tunggu oleh anak-anak. Namun sayangnya, permainan tradisional ini semakin jauh dari peradaban modern. Suara-suaranya yang mendebarkan jantung, telah hilang digerus zaman, digantikan oleh suara-suara petasan.

Setelah menghilang selama lebih dari beberapa dekade, Sekolah Adat Sihaporas membawa kembali permainan tradisional ini untuk memeriahkan malam pergantian tahun. Josua Siahaan, guru sekolah adat, mengatakan permainan ini sengaja dihidupkan kembali agar anak-anak masyarakat Desa Sihaporas, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, tidak melupakan permainan berbahan utama bambu ini. Selain itu, memainkan meriam bambu yang merupakan permainan tradisional dipandang sebagai salah satu cara untuk membentuk generasi muda yang kreatif dan berbudaya. 

Anak-anak di Sekolah Adat Sihaporas diajak terlibat langsung untuk memilih bambu yang tepat. Sebab, tidak sembarang bambu dapat digunakan sebagai meriam. Mereka juga diajarkan untuk mengambil bambu secukupnya untuk keperluan membuat meriam, tidak berlebihan.

Untuk memainkan meriam bambu ini, guru-guru di sekolah adat juga melibatkan peran para pemuda adat. "Permainan ini cukup berbahaya sehingga harus didampingi," kata pemuda adat Sihaporas yang ikut mendampingi anak-anak, Joy Limbong. Keterlibatan para pemuda adat ini juga merupakan salah satu cara agar permainan meriam bambu dapat dinikmati semua kalangan tanpa rasa khawatir.

Saat meriam dinyalakan, para orang tua pun ikut bersorak. Mereka datang beramai-ramai untuk menonton atraksi meriam bambu yang dulu sangat akrab di ingatan mereka sebagai penanda Natal dan Tahun Baru. Selain itu, mereka juga bergembira karena anak-anaknya tak lagi merengek meminta uang untuk membeli petasan.

Meriam bambu ini hanyalah satu dari banyak permainan adat yang digelar Sekolah Adat Sihaporas sepanjang 25-31 Desember 2021. Sebagai permainan yang menandai malam pergantian tahun baru, para guru Sekolah Adat Sihaporas dan para orang tua berharap meriam bambu diharapkan dapat terus dimainkan untuk menyambut perayaan hari-hari besar menggantikan petasan yang dijual di pasaran.

Share this Post: