Diskusi Film Sapu Sagu dan Taktik Perusahaan di Merauke

Diskusi dan nobar dengan tema "Apa Untungnya Investasi?" digelar oleh Dewan Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa dan Pemuda Papua Selatan (DPC IMPPAS), Komunitas Mahasiswa Peduli Alam Papua (KOMPAP), Ikatan Keluarga Besar Kampung Sabon (IKBS), dan Ikatan Pelajar Mahasiswa Kampung Bamol (IPMKB) di Sekretariat IPMKB Mangga Dua, pada Rabu sore, 3 Juli 2024. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menyikapi dinamika invetasi yang masuk dengan masif dan mengancam wilayah adat Masyarakat Adat  Kimaam, Makleo, Yei, dan Malind.

Pembicara pertama dalam diskusi tersebut, Natalis Buer, dari IKBS menyampaikan soal pentingnya menjaga hutan. "Harus ada perlawan yang masif untuk melawan investasi di wilayah adat," ujarnya.

Pembicara kedua dari IMPPAS, Frederikus Awi menyampaikan soal masyarakat adat Papua yang memiliki keterikatan yang kuat dan mendalam,  mencerminkan hubungan spiritual budaya dan ekonomi yang kuat dengan alam.

Sementara itu, Ketua Ecodefender Merauke, Ramsis,  menyampaikan investasi hanya untuk segelintir orang atau hanya untuk penguasa.

Menyikapi hal tersebut, anggota KOMPAP Philipus Chambu menyatakan, karena kepentingan investasi hanya dikuasai oleh segelintir orang,  padahal kita hidup bernegara, perlu ada penolakan terhadap investasi yang merampas hak-hak masyarakat adat, khususnya di wilayah Papua Selatan yang menjadi target PSN dan bermasalah dengan masyarakat adat.

Adapun aktivis LBH Papua Pos Merauke Teddy Wakum menyorot soal pergerakan perempuan dalam menjaga wilayah adatnya, baik tanah dan hutan, di beberapa daerah seperti di Maluku dan juga di Papua. Misalnya di Genyem, Jayapura, ada Mama Rosita Tecuwari yang melawan melalui Organisasi Perempuan Adat (ORPA) Namblong.

Ia juga mengungkap modus atau taktik investor dalam merampas hak wilayah adat. Salah satu modus itu, ujarnya, adalah memberikan janji manis kepada masyarakat adat. Yang lainnya adalah menggunakan modus Proyek Strategis Nasional (PSN).

Ia menyatakan di Papua Selatan yang menjadi ancaman terhadap hak-hak masyarakat adat adalah program Strategi Nasional Pengembangan Gula dan Bioetanol. "Menjadi ancaman bagi Masyarakat Adat dalam hal kehilangan hak tanahnya," kata dia.

Pastor Pius Manu mengungkap data menarik lainnya soal dampak dari investasi. Sebelum beroperasi, berdasarkan data kelahiran anak, angka kelahiran di atas 90℅. Lalu, ujarnya, ketika perusak itu beroperasi angka kelahiran turun sampai 50℅. "Ini membuktikan kalau hadirnya investasi bukan hanya dampak buruk  lingkungan yang kita dapat tetapi dampak perkembangan manusia juga menurun," ujarnya.

Dalam acara yang sama, Ketua BEM Unmus, Yoram Oagay menyatakan menolak investasi yang merugikan masyarakat adat. Ketua BEM Unmus menyatakan,  mahasiswa harus kritis dalam mengadapi isi investasi yang masuk di wilayah Papua Selatah, seperti di Merauke, yakni PSN Gula dan Bioetanol. "Ada hal-hal yang penting yang perlu kita lakukan bersama untuk menyelamatkan tanah dan hutan,  air dan udara, supaya tidak dirampas oleh investasi," ujarnya.

Share this Post: