A collection of paintings by Papuan children was displayed at the

Papuan Children's Art Exhibition: Save Our Nature

A collection of paintings by Papuan children was displayed at the Merauke Solidarity Consolidation event from March 11 to 14, 2025. These drawings, created on paper, expressed the children's deep concerns about the threat to their environment and forests. Through their artwork, they voiced their hope for an end to environmental destruction in Papua.

The Merauke Solidarity Consolidation event took place at the Petrus Vertenten MSC Center on Jalan Raya Cigombong, Kampung Kelapa Lima, Merauke District, South Papua. Approximately 300 representatives from NGOs and Indigenous communities affected by the National Strategic Project (PSN) gathered in Merauke.

The PSN-affected community representatives came from various regions, including Jambi, Central Kalimantan, East Kalimantan, East Nusa Tenggara, Maluku, and Papua. They shared their experiences as PSN victims, highlighting how government projects in their areas had led to displacement and environmental destruction.

Several civil society organizations participated in the event, including Bentala Pusaka, YLBHI, Walhi, the Indigenous Peoples Alliance of the Archipelago (AMAN), Trend Asia, KPA, and LBH.

Pameran Lukisan Anak Papua: Selamatkan Alam Kami

Tampak sejumlah lukisan dari anak-anak Papua dipamerkan di acara Konsolidasi Solidaritas Merauke pada 11-14 Maret 2025. Lukisan-lukisan di lembaran kertas tersebut berisi tentang kegelisahan anak-anak Papua mengenai lingkungan dan hutan mereka yang terancam rusak. Mereka berharap kerusakan lingkungan di Papua segera dihentikan.

Acara tersebut Konsolidasi Solidaritas Merauke berlangsung di gedung Petrus Vertenten MSC center, Jalan Raya Cigombong, Kampung Kelapa Lima, Kecamatan Merauke, Papua Selatan.

Sekitar 300 orang perwakilan dari NGO dan masyarakat adat korban PSN dari seluruh Indonesia berkumpul di Merauke.

Perwakilan masyarakat korban PSN di Merauke berasal dari Jambi, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua. Mereka berbagi cerita mengenai kondisi mereka yang menjadi korban PSN. Proyek pemerintah di daerah mereka justru menyebabkan masyarakat tergusur dan merusak lingkungan.

Sejumlah organisasi masyarakat sipil yang ikut serta dalam kegiatan tersebut antara lain Bentala Pusaka, YLBHI, Walhi, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara, Trend Asia, KPA dan LBH.

Share this Post: