Amperamada Papua Diskusi Peringatan Hari Masyarakat Adat

Aliansi Mahasiswa Pemuda Peduli Lingkungan dan Hak Masyarakat Adat (Amperamada) Papua menggelar acara nonton bareng (nobar) dan diskusi di Aula Asrama Putri Nabire, Jln Dafonsoro, Perumnas 1 Waena, Kota Jayapura, pada 9 Agustus 2024. Kegiatan dalam rangka memperingati Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia (HIMAS) 2024 ini merupakan hasil kolaborasi berbagai komunitas muda yang peduli hak masyarakat adat dan kelestarian Hutan Papua, yang tergabung dalam Amperamada Papua, yaitu UKM Demokrasi HAM dan lingkungan Universitas  Cenderawasih, Sahabat Kowaki, Komunitas Mahasiswa Peduli Alam Papua (Kompap), Volunteer Greenpeace base Jayapura, dan DPC Ikatan Mahasiswa Pemuda Papua selatan (IMPAS).

Nobar dan diskusi diramaikan oleh 3 pemantik yaitu Naomi Marasian, Anastasya Manong, dan Kasimirus Chambu, dengan moderator Engelbertus Were. Diskusi mengambil tema “Peran Perempuan Adat dalam Pelestarian dan Transmisi Pengetahuan Tradisional.” Acara dimulai dengan pemutaran 2 film dokumenter yang berjudul "Juru (S) selamat masyarakat adat" dan "Asu pemige, sewa pemige".

Menurut Tasya Manong, orang Papua menyebut hutan sebagai Mama, karena yang memberikan kehidupan orang asli Papua (OAP). "Tanpa tanah kami OAP tidak bisa tanam pisang, tidak bisa tanam petatas tidak bisa tanam keladi dan juga tanpa hutan, tanpa SDA, yang ada kami tidak bisa hidup. Sebagian orang Papua biasanya bilang kalau tanpa uang kami bisa hidup, tapi tanpa sumber daya alam kami tidak bisa hidup," ujar Jubir Amperamada Papua itu.

Menurutnya, Papua saat ini sedang tidak baik-baik saja. Namaun, sebagian masyarakatnya masih egois dan belum sadar. "Marilah kita sama sama berbicara tentang bagaimana kehidupan orang asli Papua. Orang di luar Papua menganggap bahwa orang Papua itu tidak penting tapi yang penting adalah sumber daya alamnya,” kata Tasya.

Di era di mana tanah-tanah yang ada di Papua harus punya pengakuan agar dapat diakui oleh negara, Tasya meminta Pemda di seluruh tanah Papua agar dapat memberikan pengakuan dan perlindungan terhadap orang asli Papua. “Kami berharap kepada bupati-bupati yang ada seluruh Papua untuk memberikan pengakuan dan perlindungan terhadap orang asli Papua, supaya ketika ada terjadi masalah, ketika terjadi investasi dan lainnya, masyarakat tidak kocar-kacir seperti contoh Suku Awyu yang saat ini berjuang dan juga Suku Moi yang mempertahankan hutan adat untuk generasi mendatang dan sebagai penyuplai oksigen di seluruh dunia,” kata Tasya Manong.

Share this Post: