Bersatunya Keberagaman Masyarakat Adat di Mukernas AMAN
Sekitar 500 perwakilan masyarakat adat dari berbagai daerah di Indonesia berkumpul di depan Balai Adat Desa Kedang Ipih, Kecamatan Kota Bangun, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur pada Senin, 14 April 2025. Masyarakat adat yang menjadi peserta Rapat Kerja Nasional Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (Rakernas AMAN) itu mengenakan pakai adat daerah masing-masing.
Beragamnya model dan warna dari pakaian tradisional tersebut adalah bukti keberagaman kebudayaan masyarakat adat di Nusantara. Di acara Mukernas AMAN, keberagaman tersebut bertemu dan bersatu. Acara Rakernas AMAN kali ini mengusung tema "Perkuat Resiliensi Masyarakat Adat di Tengah Pembangunan yang Merusak” itu digelar selama 3 hari, pada 14-16 April 2025.
Rakernas AMAN adalah salah satu mekanisme pengambilan keputusan yang dimandatkan oleh Anggaran Dasar organisasi AMAN untuk menerjemahkan tantangan dan peluang tersebut ke dalam suatu rumusan Rencana Strategis dan Program Kerja Organisasi. Rakernas AMAN juga merupakan sarana untuk melihat kembali dan mengevaluasi perkembangan organisasi untuk peningkatan kapasitas bagi para pengelola AMAN.
Rakernas AMAN VIII merupakan momentum yang pas bagi organisasi untuk menjawab tantangan dari berbagai situasi yang dialami masyarakat adat. Hasil Rakernas diharapkan bisa menjadi panduan kerja pengurus AMAN dalam memperkuat dan memanfaatkan peluang yang ada untuk memastikan masyarakat adat yang berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi dan bermartabat secara budaya.
Rakernas AMAN VIII memiliki sejumlah agenda antara lain: dialog umum, evaluasi organisasi, pembaruan anggaran rumah tangga, penajaman rencana strategis organisasi 2022–2027, serta pagelaran budaya.
Rukka Sombolinggi, Sekretaris Jenderal AMAN dalam sambutannya mengatakan AMAN adalah rumah besar bagi komunitas masyarakat adat di Indonesia. AMAN berdiri 17 Maret 1999, saat ini menaungi 2.596 komunitas Masyarakat Adat dengan populasi lebih dari 20 juta jiwa.
Rakernas AMAN VIII di Kedang Ipil diharapkan bisa menjadi momentum penegasan sikap dan arah perjuangan organisasi AMAN ke depan. Apalagi saat ini masyarakat adat di Kedang Ipil sedang berjuang menghadapi tekanan besar dari ekspansi investasi, termasuk perluasan perkebunan sawit, yang berpotensi mengancam masyarakat adat. Melalui Rakernas AMAN VIII, dari Kedang Ipil, suara perlawanan masyarakat adat akan bergema: