Merayakan International Women's Day 2025 di Sumatera Selatan
Sejumlah komunitas di Sumatera Selatan merayakan Hari Perempuan Sedunia (IWD 2025) yang bertema Perempuan Petani dan Feminisme Popular di Palembang, Sabtu 8 Maret 2025. Kegiatan diawali dengan diskusi publik yang menghadirkan pembicara antara lain Mutia (Solidaritas Perempuan), Yulian Junaidi (Majelis Nasional SPI), dan Akademisi Universitas Sriwijaya. Bintang tamu dalam kegiatan ini adalah perempuan terdampak di Desa Seribandung, Zubaidah. Moderator dalam kegiatan ini adalah Bella dari Suara Mentari.
Yulian Junaidi mengungkapkan feminisme petani popular memiliki karaketer antara lain: (1) Perjuangan perempuan terletak di pedesaan; (2) Memiliki identitasnya sendiri (petani) dan muncul dari konstruksi kolektif (populer); (3) Penindasan perempuan di bawah patriarki disadari sebagai penindasan yang bukan hanya berdasarkan jenis kelamin, tetapi juga kelas dan ras; (4) Membangun hubungan baru antara manusia dan alam, yang menghargai pertanian keluarga dan menantang proses eksploitasi bumi, perampasan tanah dan air, serta kegiatan ekstraktif; (5) Pengakuan pekerjaan ganda produktif dan reproduktif perempuan; (6) Feminisme bukan hanya perjuangan perempuan, tetapi perjuangan perempuan dan laki-laki, serta kaum minoritas yang berjalan bersama dan setara dalam perjuangan untuk meningkatkan martabat dan keadilan. Menurut Yulian, feminisme populer dapat memandu anak-anak muda memahami isu petani perempuan sehingga tidak diam melawan penindasan yang dilakukan negara dan korporasi.
Untuk mengabarkan isu-isu krusial tentang penindasan yang dialami perempuan melalui gerakan kampanye baik di tingkat lapangan maupun melalui ruang media sosial.
Pemateri kedua, Mutia Maharani, mengungkapan "IWD 2025 menjadi langkah awal kita untuk mulai bergerak bersama memperjuangkan gerakan-gerakan, khususnya gerakan perempuan di akar rumput. Menjadikan feminis sebagai pisau untuk memperjuangkan hak kita di tengah situasi negara yang kian hari kian memiskinkan dan membunuh perempuan. Gerak bersama, bekerja bersama perempuan akar rumput melawan patriarki dan diskriminasi," ujarnya.
Zubaidah, bintang tamu IWD ini, adalah perempuan terdampak penggusuran tanah oleh PTPN VII Cinta Manis. "Kami sangat menderita atas apa yg dilakukan PT menggusur tanah kami, sebagai perempuan kami terus berjuang untuk mendapatkan hak hak kami atas tanah kelahiran yang menjadi simbol-simbol kehidupan dan tulang punggung kami bertahan hidup. Sejak adanya konflik agraria, perempuan perempuan sangat terdampak baik secara material maupun non material. Kami sangat berharap dengan adanya kegiatan diskusi IWD 2025, hak hak perempuan akar rumput harus diberi keadilan."
Lembaga/komunitas yang terlibat kegiatan IWD 2025 di Palembang adalah Gema SPI, Spora, Palembang Book Party, Rawang.id, SP Palembang, KP-KSDA, KRAN-SHI Sumsel, Kontra Visual, Suara Mentari, Hello Sister, Rumah Sintas, BEM FB IBA, LBH Palembang, KPA SUmsel, Komunitas Palembang.