Perempuan Adat dan Sarung Sulam
Perempuan Adat Praing Laitaku Ndapaamu, Desa Maubokul. Kecamatan Pandawai. Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, mengisi waktu luang dengan membuat sarung sulam (kambuli). Sebagian besar perempuan di kampung ini bekerja sebagai ibu rumah tangga dan bertani. Mereka membuat kambuli demi menambah pemasukan untuk kebutuhan sehari-hari.
Salah satu perempuan adat yang menekuni kerajinan sarung sulam ini adalah Rambu Djera Maramba Nahu. Sarung sulam yang ia produksi biasanya ditawarkan lewat media sosial atau langsung ke pedagang di pasar Kota Waingapu. Kadang kala ia juga mempromosikan kambuli dalam acara-acara tertentu.
Selembar sarung sulam umumnya dibandrol dengan harga Rp 500 ribu. Namun untuk sarung sulam yang memiliki motif dan gambar tertentu harganya bisa lebih mahal. Harga juga ditentukan oleh bahan yang digunakan untuk membuat sarung sulam ini.
Selain menggunakan kain jadi, tidak jarang Rambu Djera menenun sendiri kain polos tanpa motif. Hasil tenunan itu dapat diberi sulaman sesuai keinginan pembeli.
Rambu Djera sering membagi ilmunya kepada masyarakat adat Praing Laitaku Ndapaamu. Ia membentuk kelompok yang beranggota 15 orang. Sesekali ia mengajarkan teknik membuat kambuli kepada anak-anak sekolah di Praing Laitaku, Desa Maubokul.
Foto diambil pada 1 Maret 2024.