Tergerak Setelah Setu Citongtut Tercemar

Air di Setu Citongtut, Desa Cicadas, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, berwarna hitam dan berbau tak sedap. Akibatnya, hanya sedikit biota air yang dapat hidup di setu seluas 3 hektare itu lima tahun silam. 

Kondisi serupa terjadi pada awal tahun 2020. Ribuan ikan ditemukan mati mengambang menutupi seluruh permukaan setu. “Kondisi itu yang mendorong GPS (Gerakan Pungut Sampah) untuk memperbaiki situasi tersebut,” tutur perwakilan GPS, Adit, dalam acara diskusi Seputar Setu Citongtut, di halaman warung kopi Citongtut, Bogor, Sabtu, 5 Juni 2021. 

Kini, air Setu Citongtut berwarna kehijauan dan tidak berbau lagi. Ikan Nila yang pernah ditebar di situ itu juga tumbuh dengan baik. Relawan GPS telah membersihkan setut tersebut sejak lima tahun lalu.

Pakar Sistem Informasi Geografis dari Departemen Meteorologi Geofisika Institut Pertanian Bogor Idung Risdiyanto menuturkan pentingnya penggunaan data untuk melestarikan lingkungan, termasuk menjaga Setu Citongtut. Penggunaan data bisa menjadi dasar untuk menentukan aktivitas dan program pelestarian setu yang memiliki dua area yaitu zona pemanfaatan dan zona konservasi.

Sebelum menggelar diskusi tersebut, GPS, Karang Taruna Desa Cicadas, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Cicadas, Bintara Pembina Desa (Babinsa), Pramuka Peduli Gunung Putri, Patriot Desa, Nastari, dan PT Tirta Investama, membersihkan Setu Citongtut sejak pukul 08.00. Kegiatan itu digelar untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup Dunia yang jatuh pada 5 Juni.

Kegiatan tersebut difokuskan untuk membersihkan berbagai jenis sampah dari setu. Hasilnya, lebih dari 20 karung sampah seperti botol, plastik, gabus sintetis (stryofoam), kaleng, hingga popok bayi, diangkat dari setu.  

Share this Post: