Kafela: Tradisi Molo Ikan Suku Bhuyaka di Danau Sentani

Tradisi “Kafela” atau Molo Ikan yang dijalankan oleh masyarakat Suku Bhuyaka di Sentani hingga kini masih bertahan sebagai salah satu warisan budaya. Tradisi ini bukan sekadar aktivitas menangkap ikan, tetapi juga seni bertahan hidup masyarakat di tepian Danau Sentani. Molo ikan adalah teknik menangkap ikan dengan cara menyelam langsung ke dasar danau, menggunakan alat tradisional seperti tombak besi “ khonim” dalam Bahasa lokal.

Dalam praktiknya, para laki-laki Sentani akan menyelam, meraba batu-batu atau celah di dasar danau tempat ikan bersembunyi. Hasil tangkapan kemudian dibawa ke permukaan untuk dikonsumsi bersama keluarga atau dijual di pasar lokal.

Edwin Epaa, Masyarakat Adat Bhuyaka mengatakan, bagi masyarakat Sentani, tradisi ini bukan hanya soal keterampilan, tetapi juga sebuah warisan leluhur yang mengajarkan ketekunan, kesabaran, serta kemampuan membaca tanda-tanda alam.

Masyarakat Adat Bhuyaka lainnya, Yotam Wamblolo, yang biasa melakukan Kafela, mengatakan Kafela bukan sekadar mencari makan, tetapi juga menjaga hubungan dengan danau yang sudah memberi kehidupan sejak dulu. "Kami bukan saja mencari ikan, tetapi bentuk penghormatan dan menjaga hubungan dengan alam dan danau sekitar,“ ujarnya pada Jumat, (27/7/2025).

Selain nilai ekonomi, molo ikan juga memiliki dimensi sosial dan budaya. Aktivitas ini sering dilakukan secara berkelompok, atau perorangan dalam kegiatan-kegiatan adat, acara adat, ritual adat di Kampung dan pesta, sehingga memperkuat rasa kebersamaan. Tradisi ini juga kerap dipertunjukkan dalam Festival Danau Sentani sebagai atraksi budaya yang menarik perhatian wisatawan, sekaligus menjadi pengingat bahwa masyarakat Sentani hidup selaras dengan alam. “Kalau ondofolo atau orang-orang adat mau bikin acara di kampung, biasa kami molo atau kafela, dan hasil tangkapan untuk di makan di acara,“ ujar Yotam. Jenis-jenis ikan asli Danau Sentani yang menjadi target pada saat Kafela yakni ikan “Kayouw” (ikan gabus), Kahebey, ikan Kandey (jenis gete-gete) ,mujair, dan gastor.

Ondofolo Nendali, Yan Piet Wally, menegaskan Suku Bhuyaka tidak bisa terlepas dari tradisi Kafela, karena seluruh aktivitas kehidupan mereka berada di atas danau, sehingga tidak mengherankan jika tradisi kafela dirawat hingga kini, sebagai satu mata pencaharian yang masih terus di lakukan. “Tradisi ini  melekat pada setiap laki-laki Bhuyaka, karena seluruh kegiatan dorang di atas danau, jadi mau tidak mau mereka harus  Kafela untuk bertahan hidup,“ ujar Yan Piet Wally.

Salah satu pemuda Bhuyaka, Penias Ibo, mengatakan selain molo atau Kafela, mereka juga menjaring dan membuat tambak ikan di Danau Sentani untuk menghidupi keluarga. “Kami lakukan itu sebagai bagian dari bertahan hidup, menghidupkan keluarga anak, istri dan kebutuhan sekolah anak,“ tuturnya. 

Share this Post: